Sabtu, 21 Mei 2011

Racoon Eyes

Raccoon eyes ato mata rakun, adalah ekimosis bilateral di daerah periorbital yang timbul tidak akibat dari trauma jaringan lunak muka. Biasanya raccoon eyes ini merupakan indikator dari fraktur basis cranii, yang terjadi ketika fraktur mengenai meningens dan mengakibatkan sinus-sinus vena berdarah ke vili arakhnoid.
Racoon eyes ini bisa jadi merupakan satu-satunya tanda dari fraktur tulang tengkorak yang tidak terlihat di foto roentgen tengkorak.Jika ditemukan tanda ini, butuh pendekatan klinis secepatnya sebab fraktur basis cranii dapat mengakibatkan cedera nervus cranial, pembuluh darah dan batang otak.

Setelah diketahui adanya raccoon eyes ini, lakukan pemeriksaan terhadap tanda vital pasien dan cari tahu kapan dan bagaimana bisa terjadi trauma kepala ini. Juga lakukan pemeriksaan terhadap trauma lainnya.

Pemeriksaan dimulai dengan memeriksa tingkat kesadaran penderita menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Berikutnya lakukan evaluasi terhadap fungsi dari saraf-saraf kranial, terutama nervus I (olfactory), III (occulomotoric), IV (trochlear), VI (abducens), dan VII (facial). Jika kondisi pasien memungkinkan, lakukan tes penglihatan dan tes dengar.

Temukan dan catat semua kelainan di tulang muka, seperti pembengkakan, nyeri terlokalisir, Battle's sign, dan laserasi. Periksa juga adanya ekimosis pada daerah mastoid. Juga cari apakah ada perdarahan ataupun keluarnya cairan serebrospinal (LCS) dari hidung ataupun telinga.

PENYEBAB
Trauma pada basis kranii (basilar skull fracture) akan mengakibatkan raccoon eyes ini. Gejala yang dapat menyertainya berupa perdarahan dari faring, epistaksis, rhinnorea, otorrhea, dan bulging pada membran timpani akibat LCS ataupun darah. Pasien mungkin akan mengalami kesulitan mendengar, sakit kepala, nausea, muntah, palsy nervus cranial, dan gangguan kesadaran. Juga bisa didapatkan tanda Battle's yang positif.

Penyebab lainnya dapat berupa raccoon eyes yang terjadi akibat pembedahan (post craniotomy), jika terjadi robekan pada meningens dan perdarahan kedalam sinus).

LEBIH LANJUTNYA
Pastikan pasien dalam bed rest total. Selanjutnya lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran secara berkala, dan periksa tanda vitalnya setiap jam. Waspadalah jika terjadi bradipnu, bradikardi, hipertensi dan demam.

Untuk menghindari lebih banyak robekan dan infeksi, jangan lakukan suction atau memasukkan nasogastic tube melalui hidung pasien. Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda dari meningitis seperti demam, dan kaku kuduk, juga dapat dilakukan pemberian terapi antibiotik profilaksis.

Juga lakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti radigrafi kepala, dan jika memungkinkan CT-Scan.

Jika robekan pada dura tidak menghilang dengan sendirinya, lakukan pemeriksaan dengan sisternografi untuk dapat menentukan dimana lokasi robekan, dan nantinya akan dilakukan operasi konstruktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar